Prof. Mukhlis dalam Ceramah Subuh: Tapak Jak Urat Menari, Na Grak Tajak Na Raseuki
Banda Aceh – “Tapak jak urat menari, na grak tajak na raseuki.” Peribahasa Aceh ini kembali diingatkan oleh Prof. Dr. Mukhlis Yunus dalam ceramah subuh di Masjid Al-Wustha, Jeulingke, Banda Aceh, Rabu (27/8/2025).
Prof. Mukhlis menegaskan bahwa Islam mengajarkan manusia untuk tidak menyerah begitu saja pada keadaan, tetapi diwajibkan untuk berusaha. Hal ini sebagaimana firman Allah dalam QS. Ar-Ra’d ayat 11:
“Innallāha lā yughayyiru mā biqaumin hattā yughayyirū mā bi anfusihim” — Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, kecuali mereka sendiri yang berusaha mengubahnya.
“Manusia akan memperoleh sesuai dengan apa yang diusahakannya. Jadi, nasib tidak akan berubah kalau kita sendiri tidak mau bergerak. Menyona na ta usaha, dak han kaya ta duek seunang. Menyo hana ta usaha, pane atra harta rhôt di manyang” ujarnya sambil mengutip pepatah Aceh.
Menurutnya, ada tiga kunci utama agar seseorang dapat memperbaiki nasibnya: pertama, berusaha; kedua, berdoa; dan ketiga, melakukan perubahan positif dalam diri.
Semua itu, lanjutnya, harus dilakukan dengan penuh kesadaran bahwa hasil akhir tetap berada di tangan Allah. “Bek ya ghani ya ghani, neu tiek peng saboh guni,” tambahnya.
Lebih jauh, Prof. Mukhlis menjelaskan bahwa pemahaman terhadap konsep takdir akan menumbuhkan sikap tawakal, sabar, dan ridha. Meski Allah telah menetapkan takdir sejak azali, manusia tetap diperintahkan untuk berikhtiar.
“Meyakini takdir tidak berarti berhenti berusaha. Justru dengan usaha dan doa, hidup kita menjadi lebih baik,” jelasnya.
Ceramah subuh tersebut ditutup dengan pesan yang menyeimbangkan urusan dunia dan akhirat. “Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan hidup selamanya, dan bekerjalah untuk akhiratmu seakan-akan mati besok,” pungkas Prof. Mukhlis di hadapan jamaah Masjid Al-Wustha.
Komentar
Posting Komentar