Dari Sampah Jadi Manfaat: Pelatihan Eco Enzyme Warnai Pengabdian Masyarakat di Dayah Mini Tibang
Banda Aceh – Semangat santri Dayah Mini Tibang untuk belajar pengelolaan sampah semakin tinggi. Setelah sebelumnya mengikuti pelatihan pembuatan kompos, kali ini mereka mendapatkan pengalaman baru dalam memanfaatkan limbah kulit buah menjadi eco enzyme, sebuah cairan ramah lingkungan dengan segudang manfaat.
Kegiatan yang berlangsung pada Sabtu sore, 30 Agustus 2025 ini merupakan bagian dari program pengabdian kepada masyarakat bertema “Model Pengelolaan Sampah Berbasis 5R (Reduce, Reuse, Recycle, Replace, Replant) untuk Mewujudkan Lingkungan Dayah yang Bersih dan Berkelanjutan.”
Tim dosen pengabdi dari Universitas Syiah Kuala, yang terdiri dari Ratu Fazlia Inda Rahmayani, S.Pd., M.Sc.; Dra. Erlidawati, M.Si.; dan Dr. T. Meldi Kesuma, S.E., M.M, bersama mahasiswa KKN Tematik PKMBP-TTG USK, membimbing langsung para santriwan dan santriwati dalam proses pembuatan eco enzyme.
“Melalui eco enzyme, kita belajar bahwa sampah bukan akhir dari siklus. Jika dikelola dengan benar, sampah justru bisa menjadi sumber manfaat baru,” ujar Dra. Erlidawati, M.Si. dalam sambutannya.
Ketua pengabdi, Ratu Fazlia Inda Rahmayani, S.Pd., M.Sc., menekankan bahwa kegiatan ini bukan sekadar transfer pengetahuan teknis, tetapi juga upaya menumbuhkan kesadaran lingkungan di pesantren. “Kami berharap keterampilan ini dapat dipraktikkan sehari-hari di dayah. Santri tidak hanya belajar ilmu agama, tetapi juga membangun karakter peduli lingkungan dan mampu berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan,” ujarnya.
Sementara itu, Dr. T. Meldi Kesuma, S.E., M.M., menyoroti prospek ekonomi dari produk eco enzyme yang dihasilkan. “Eco enzyme tidak hanya bermanfaat bagi lingkungan, tetapi juga memiliki nilai jual. Jika dikembangkan dengan baik, santri dapat memproduksi dalam jumlah lebih besar dan memasarkannya ke masyarakat sekitar sebagai pembersih alami atau pupuk organik cair. Hal ini bisa menjadi peluang usaha baru bagi dayah sekaligus meningkatkan kemandirian ekonomi santri,” ungkapnya.
Eco enzyme yang dihasilkan dari fermentasi kulit buah, gula merah, dan air ini memang serbaguna. Cairan tersebut dapat digunakan sebagai pembersih alami, pupuk cair, hingga pengusir hama tanaman. Selain ramah lingkungan, eco enzyme berpotensi menjadi produk unggulan berbasis pesantren yang bernilai tambah.
Antusiasme santri terlihat sepanjang pelatihan. Dua santriwan, Riskan dan Muchlisin, bahkan mengungkapkan rasa gembira mereka. “Kami senang sekali ikut kegiatan ini karena belum pernah mendapat pelatihan seperti ini sebelumnya. Kami selalu tunggu Ibu, Bapak, dan Kakak-kakak datang lagi ke dayah. Minggu depan ada lagi kan?” ujar mereka kompak.
Pelatihan ini semakin bermakna karena Dayah Mini Tibang merupakan dayah dhuafa dan yatim, sehingga program pengabdian masyarakat ini tidak hanya membekali santri dengan keterampilan praktis, tetapi juga memberikan nilai tambah bagi kehidupan sehari-hari mereka.
Melalui rangkaian program 5R ini, Dayah Mini Tibang kini semakin mantap menuju lingkungan belajar yang bersih, sehat, dan berkelanjutan. Kegiatan ini juga menjadi bukti nyata kolaborasi akademisi, mahasiswa, dan pesantren dalam mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) di tingkat lokal.
Komentar
Posting Komentar